Rabu, 01 Juni 2016

Bullfrog (Katak Lembu)




Kodok Bullfrog atau kodok lembu saat ini menjadi hewan yang sedang diincar oleh presiden Jokowi.  Katak ini nantinya untuk dipelihara di kolam Istana Bogor. Hal itu dinyatakan oleh Kepala Sub Bagian Rumah Tangga dan Protokoler Istana Bogor, Endang Sumirat, Selasa (1/3/2016). “Pak Jokowi minta kodok jenis bullfrog ini untuk kebutuhan ekosistem. Kemarin sempat dapat dari Polres, kalau ada yang punya lagi mungkin bisa disampaikan,” katanya sebagaimana diberitakan tribunnews.com

Katak Lembu atau Bullfrog mempunyai nama latin Rana Catesbeiana. Bullfrog merupakan jenis kodok  yang berciri tubuh besar, agresif, dan bersuara besar.  Umumnya, jenis kodok ini kulit atasnya ditemukan berwarna hijau daun dan kadang berkombinasi dengan warna cokelat keabu-abuan. Sedangkan, kulit bagian bawahnya biasanya berwarna putih, kuning, atau abu-abu.

Ada beragam spesiesnya, yang tinggal di beberapa benua, seperti Amerika, Australia, Afrika, dan Asia.  Berukuran 9 – 15 sentimeter, bullfrog dewasa umumnya dapat memiliki berat badan mencapai 500 gram, terbesar se-Amerika Utara.

Bullfrog dikatakan berperan besar untuk mengendalikan lingkungan, sehingga keberadaannya dijaga. Katak lembu / bullfrog (Rana Catesbeiana) ini merupakan jenis katak yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, sehingga dapat berkembang dengan cepat.

Katak jenis ini terbilang sangat jinak, bila kita pegang, dia tidak akan menggigit. Namun katak ini termasuk hewan lincah , karena gerakannya yang cepat pada saat kita dekati atau hendak dipegang / ditangkap.


Disisi lain, banyak bullfrog yang masih dijadikan konsumsi makanan manusia, bahan bedah untuk kelas biologi di sekolah-sekolah, dan hewan peliharaan.

Bullfrog atau mungkin orang awam menyebutnya dengan katak hijau yang biasanya ada di kolam-kolam atau daerah persawahan. Selain itu juga dilakukan pembudidayaan untuk pemenuhan kebutuhan kuliner atau untuk memenuhi kebutuhan ekspor-impor.


Elang Jawa




Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia.

Elang yang bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor).

Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang nampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang nampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.

Ketika terbang, elang Jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.


Sebaran elang ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di Semenanjung Blambangan Purwo. Namun penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan di separuh belahan selatan Pulau Jawa. Agaknya burung ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.[4]

Elang Jawa menyukai ekosistem hutan hujan tropika yang selalu hijau, di dataran rendah maupun pada tempat-tempat yang lebih tinggi. Mulai dari wilayah dekat pantai seperti di Ujung Kulon dan Meru Betiri, sampai ke hutan-hutan pegunungan bawah dan atas hingga ketinggian 2.200 m dan kadang-kadang 3.000 mdpl.

Pada umumnya tempat tinggal elang jawa sukar untuk dicapai, meski tidak selalu jauh dari lokasi aktivitas manusia. Agaknya burung ini sangat tergantung pada keberadaan hutan primer sebagai tempat hidupnya. Walaupun ditemukan elang yang menggunakan hutan sekunder sebagai tempat berburu dan bersarang, akan tetapi letaknya berdekatan dengan hutan primer yang luas.

Burung pemangsa ini berburu dari tempat bertenggernya di pohon-pohon tinggi dalam hutan. Dengan sigap dan tangkas menyergap aneka mangsanya yang berada di dahan pohon maupun yang di atas tanah, seperti pelbagai jenis reptil, burung-burung sejenis walik, punai, dan bahkan ayam kampung. Juga mamalia berukuran kecil sampai sedang seperti tupai dan bajing, kalong, musang, sampai dengan anak monyet.


Masa bertelur tercatat mulai bulan Januari hingga Juni. Sarang berupa tumpukan ranting-ranting berdaun yang disusun tinggi, dibuat di cabang pohon setinggi 20-30 di atas tanah. Telur berjumlah satu butir, yang dierami selama kurang-lebih 47 hari.

Pohon sarang merupakan jenis-jenis pohon hutan yang tinggi, seperti rasamala (Altingia excelsa), pasang (Lithocarpus sundaicus), tusam (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), dan ki sireum (Eugenia clavimyrtus). Tidak selalu jauh berada di dalam hutan, ada pula sarang-sarang yang ditemukan hanya sejarak 200–300 m dari tempat rekreasi.

Di habitatnya, elang Jawa menyebar jarang-jarang. Sehingga meskipun luas daerah agihannya, total jumlahnya hanya sekitar 137-188 pasang burung, atau perkiraan jumlah individu elang ini berkisar antara 600-1.000 ekor.[5] Populasi yang kecil ini menghadapi ancaman besar terhadap kelestariannya, yang disebabkan oleh kehilangan habitat dan eksploitasi jenis. Pembalakan liar dan konversi hutan menjadi lahan pertanian telah menyusutkan tutupan hutan primer di Jawa.[6] Dalam pada itu, elang ini juga terus diburu orang untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai satwa peliharaan. Karena kelangkaannya, memelihara burung ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri, dan pada gilirannya menjadikan harga burung ini melambung tinggi.

Mempertimbangkan kecilnya populasi, wilayah agihannya yang terbatas dan tekanan tinggi yang dihadapi itu, organisasi konservasi dunia IUCN memasukkan elang Jawa ke dalam status EN (Endangered, terancam kepunahan).[7] Demikian pula, Pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai hewan yang dilindungi oleh undang-undang.

Otter (berang-Berang)



Sekarang ini terdapat tiga belas jenis berang-berang yang termasuk ke dalam suku Mustelidae, dapat ditemukan di seluruh Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Berang-berang cakar kecil merupakan salah satu dari lima jenis berang-berang yang menempati Asia; tersebar dari Bangladesh, Bhutan dan Nepal sampai Malaysia, Indonesia, Cina bagian selatan, dan India bagian selatan. Berang-berang ini dapat ditemukan pada berbagai habitat, dari pesisir tropis sampai sungai-sungai pegunungan.

Berang-berang cakar kecil dapat beradaptasi secara lebih baik hidup di dekat manusia dibandingkan dengan kebanyakan jenis berang-berang lainnya, sehingga dapat dijumpai pada sawah, tambak udang, kolam ikan dan juga sering terlihat berada jauh dari sumber air.

Walaupun tingkat kerentanannya lebih rendah dari beberapa jenis berang-berang lain, IUCN/SSC memasukkan berang-berang cakar kecil ini ke dalam “Vulnerable” (IUCN 2008 Red List). Ancaman kerusakan habitat, polusi, dan pertambahan populasi manusia menimbulkan permasalahan terhadap kelangsungan hidup jangka panjang jenis ini.



Berang-berang cakar kecil hidup dalam kelompok keluarga besar berdasarkan keturunan pasangan alpha, dengan jumlah rata-rata kelompok terdiri dari lima ekor, namun pernah tercatat jumlahnya mencapai dua puluh ekor. Walaupun mencari makan untuk diri sendiri secara individu, mereka akan bergabung sebagai kelompok jika terancam. Berang-berang ini bersifat monogami dengan kedua orang tua dan saudara yang lebih tua membantu merawat anak yang muda. Sebuah keluarga berang-berang akan terpecah jika salah satu pasangan alpha mati, dan individu akan menyebar untuk mencari pasangan dan menemukan kelompok mereka sendiri.

Berang-berang ini dikenal sebagai hewan sosial, jadi tidak disarankan dan tidak dapat diterima jika memelihara hewan ini dalam keadaan seekor. Jika dipelihara di dalam penangkaran sebaiknya berpasangan, pasangan dewasa dengan berang-berang muda (bisa termasuk beberapa ekor bayi) atau dalam kelompok satu jenis kelamin.

Berang-berang cakar kecil secara alaminya bersifat diurnal, aktif, sibuk dan hewan yang suka ingin tahu.

Lucu dan sangat menarik untuk di pelihara, dan memang lebih aman ketika di pelihara penangkaran atau di tangan pecinta hewan, namun Otter atau berang-berang ini bukan lah untuk hewan peliharaan, dan habitatnya adalah di alam, jadi alangkah baiknya jika kita pelihara alam kita sehingga ekosistem tetap terjaga.


Kukang



Kukang —kadang-kadang disebut pula malu-malu— adalah jenis primata yang gerakannya lambat. Warna rambutnya beragam, dari kelabu keputihan, kecoklatan, hingga kehitam-hitaman. Pada punggung terdapat garis cokelat melintang dari belakang hingga dahi, lalu bercabang ke dasar telinga dan mata. Berat tubuhnya berkisar antara 0,375-0,9 kg, dan panjang tubuh hewan dewasa sekitar 19–30 cm.

Dari delapan spesies kukang yang masih ada, enam di antaranya dapat ditemukan di Indonesia, yakni di pulau-pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Kukang (Nycticebus spp.) memiliki penampilan yang lucu dan menggemaskan sehingga banyak masyarakat umum yang gemar menjadikan primata ini sebagai hewan peliharaan. Karenanya, semua jenis kukang ini telah terancam oleh kepunahan. Kukang telah dilindungi oleh hukum Indonesia, sehingga memperdagangkannya tergolong melanggar hukum (ilegal) dan kriminal.

Kukang adalah primata bertubuh kecil, kekar, dan berekor sangat pendek. Kepalanya bulat, moncongnya meruncing, dan matanya besar. Rambut tubuhnya halus dan lebat. Pola warnanya berbeda-beda menurut spesies —sehingga digunakan pula untuk identifikasi, namun umumnya bervariasi dari cokelat kelabu pucat hingga warna tengguli. Sebuah garis cokelat berjalan dari ubun-ubun hingga tengah punggung atau pangkal ekor. Biasanya terdapat lingkaran gelap yang mengelilingi kedua mata, diseling oleh jalur pucat atau putih yang membujur di antara kedua mata hingga ke dahinya. Di malam hari, matanya memantulkan cahaya obor dengan jelas.



Kukang memanjat dan bergerak di antara ranting dan cabang pohon dengan perlahan-lahan dan hati-hati; hampir tidak pernah melompat.Tangan dan kakinya hampir sama panjang; serta cukup panjang sehingga kukang dapat merentangkan tubuhnya dan berputar untuk meraih ranting yang bertetangga. Tangan dan kaki itu telah mengalami adaptasi sedemikian rupa, sehingga mampu memegang erat rerantingan dalam jangka waktu cukup lama tanpa membuat kukang kelelahan.

Gigitan kukang dikenal berbisa; suatu kemampuan yang jarang terdapat di kalangan mamalia namun khas pada kelompok primata lorisid. Bisa tersebut didapat kukang dengan menjilati sejenis kelenjar di lengannya; bisa pada cairan kelenjar itu diaktifkan tatkala bercampur dengan ludah. Gigitan berbisa itu berguna untuk membuat jera pemangsa, dan juga untuk melindungi bayinya dengan menyapukannya pada rambut tubuh anaknya. Sekresi kelenjar lengannya terutama mengandung zat semacam alergen yang dihasilkan kucing, yang kemudian diperkuat dengan komposisi kimiawi yang didapat kukang dari makanannya di alam liar. Pemangsa alami kukang yang tercatat, di antaranya, adalah ular, elang brontok, dan orangutan; meskipun diduga jenis-jenis kucing, musang, dan beruang madu juga turut memangsanya.

Perilaku sosial kukang tidak seberapa diketahui, akan tetapi hewan ini salah satunya berkomunikasi lewat bau yang ditinggalkannya di tempat-tempat tertentu. Kukang jantan diketahui memiliki teritori yang dipertahankannya dengan ketat. Binatang ini lambat bereproduksi; anaknya yang masih kecil kadang kala ditinggalkan di rerantingan atau didukung bergantian oleh kedua induknya. Kukang bersifat omnivora; memangsa hewan-hewan kecil, buah-buahan, getah pepohonan, serta pelbagai nabat lainnya.


Kura-Kura Emys





Manouria emys emys, atau biasa disebut kura kura kaki gajah adalah kura kura darat (tortoise) terbesar di asia. penyebarannya di indonesia meliputi Kalimantan dan Sumatra. Ukuran dewasa kura kura ini berkisar antara 45-50 cm, dengan berat bisa mencapai 20kg, bisa lebih lagi jika dalam pemeliharaan manusia. Seperti kebanyakan kura kura darat di dunia, Emys merupakan kura pemakan tumbuhan, dan yang paling disenangi hewan ini adalah....... Daun dan batang Talas. Selain itu Emys juga menyukai berbagai macam buah buahan.

Pemeliharaan Emys gampang gampang susah, setting kandang yang paling bagus adalah kandang outdoor, dengan alas rumput gajah mini, tempat emys bersembunyi untuk menghindari panas ketika terik matahari, dan juga sediakan kolam tempat berendam karena lingkungan alamiah emys adalah lingkungan yang lembab, ingat tempat berendam saja, jadi jangan dalam dalam.
Untuk pakannya bisa diberikan daun talas beserta batangnya, sawi hijau, dan sayuran segar lainnya, tapi ada yang tidak boleh diberi kepada emys yaitu Kol dan Bayam, buah buahan juga jadi kegemaran emys, misalnya pepaya atau pisang, walaupun banyak yang bilang bahwa pisang jika terlalu banyak akan menyebabkan obesitas. Obesitas menjadi berbahaya karena dengan berat tubuh yang berlebihan Emys menjadi cepat lelah ketika bergerak, dan bisa menyulitkan untuk pernafasannya.




 Bahaya yang bisa diderita oleh Emys adalah Dehidrasi, pastikan suhu udara berkisar antara 31 derajad celcius, pastikan anda mempunyai thermometer di kandangnya. Keracunan makanan sering terjadi jika sayuran yang diberikan mengandung pestisida, pastikan cuci bersih sayuran yang akan diberikan kepada Emys sehingga aman dari kontaminasi pestisida. Jika anada memelihara Emys yang sudah dewasa, bisa dipastikan merupkan tangkapan alam, dan biasanya membawa parasit cacing di dalam perutnya, jadi perlu "deworm" agar Emys anda tetap lancar makan dan sehat. Deworm alami adalah dengan menggunakan talas yang masih bergetah, atau dengan memberikan daun pepaya.
Jika anda memelihara Emys dari ukuran bayi ( kurang lebih 5cm ) bahaya yang paling sering terjadi adalah MBD atau Metabolic Bone Disease yaitu kelainan tulang yang diakibatkan oleh ketidakmampuan emys menyerap kalsium, hal ini ditandai dengan melunaknya plastron (tempurung bawah), malas makan, dan kemudian bisa menjadi kematian. Emyse memerlukan kalsium utnuk pertumbuhan tulang dan tempurungya, untuk mengolah makanan menjadi kalsium emys membutuhkan sidar matahari, jadi jangan sampai lupa membiarkan emys anda untuk menikmati sinar matahari di pagi hari, jika datang musim penghujan, anda bisa mengakalinya dengan menggunakan lampu UVB yang bisa dibeli di toko peralatan reptile di kota terdekat dengan anda. Sawi hijau merupakan penyuplai kalsium yang baik, jika diperlukan anda juga bisa menambahkan bubuk kalsium D3 yang juga bisa anda beli di toko perlengkapan reptile.


Kura-Kura Sulcata




African spurred tortoise (geochelone Sulcata) atau kura-kura Sulcata, berasal dari daerah Afrika. Sulcata adalah kura2 darat nomor tiga terbesar di dunia. Panjang plastron (tempurung bagian bawah) dapat mencapai 78cm.
Musim kawin adalah sekitar bulan Juni Hingga maret frekuensi terbesar adalah september sampai November, bertelur pada menjelang musim kemarau, dengan jumlah hingga 17 butir. telur-telur ini akan menetas setelah 212 hari.

Captive breed (cb)
Sulkata peliharaannya terlihat kawin pertama kali sekitar bulan Desember hingga Januari, bertelur bulan Juni dan bertelur lagi bulan Juli (2 clutch) total sebanyak 13 butir. telur-telur Sulcata tersebut menetas pada bulan desember pertengahan dengan masa inkubasi 4,5 bulan atau 135 hari.
Di alamnya Sulcata memakan rumput dan daun-daun dari tanaman yang mengandung air (succulent).
Habitat
Sulcata tersebar dari sudan, Ethiophia, Togo, Hingga Mali dan Mauritania, Secara general penyebarannya berada di bagian Utara dari Gurun Sahara. Untuk menghindari Panas yang menyengat, sulkata menggali lubang untuk berteduh dengan menggunakan kakinya yang sangat kuat.


Pemeliharaan Kura-kura Sulcata
Kura ini tidak menyukai tempat pemeliharaan yang lembab, Sulcata Baby walau menyukai panas namun gampang sekali mengalami dehidrasi, pemeliharaan tiap pagi bisa direndam dengan air hangat setengah batoknya lalu di jemur sambil diberi makan, kandang harus selalu dalam keadaan kering dan hangat mencapai 30 derajat, tempat pemeliharaan harus sejuk dan kering jangan di berikan tempat air minum di dalam kandang. kura2 kecil harus dijemur pada pagi hari atau menggunakan lampu sekitar 25-60 watt agar tetap kering dan hangat serta Uvb light bila tidak sempat menjemur.

Jangan menjemur kura-kura terlalu lama
Kalau menjemur terlalu lama kura2 dapat mengalami dehidrasi dan menyebabkan kematian, usahakan hingga badannya hangat atau memberi tempat perlindungan pada kandang kura-kura sehingga jika terlalu panas kura-kura tersebut dapat menjauhkan diri/bersembunyi di tempat teduh.

Jangan Menjemur Kura-Kura Tanpa Diawasi
Biarpun Kelihatan lambat, Tapi kura-kura juga pandai melarikan diri. pada musim hujan gunakan lampu khusus reptil yang mengandung UVA-UVB (Full Spectrum lamp).
UVA digunakan untuk menambah selera makan dan memproses makanan di tubuh reptil. UVB digunakan untuk memproses vitamin D3 pada makanannya karena reptil tidak bisa mensintesa Vitamin D3 tanpa bantuan UVB.
tempat berjemur diusahakan mempunyai suhu 31-34 derajat, sedang suhu kandang sekitar 28-32 derajat. gunakan termometer untuk mengukur suhu jangan di kira-kira, karena kadang perkiraan kita meleset jauh.




Makanan untuk kura-kura sulcata
Makanan untuk kura-kura sulkata bisa diberi Fumak, kaktus centong, sawi ijo , selada, bunga sepatu, buncis

Kriteria Kura-kura darat yang sehat
-Mata bersih tidak berair.
-Nafsu makan bagus.
-Badan berat, aktif.
-Tidak ada luka
Kura kura dapat dipelihara di tempat ber AC dengan bantuan dari lampu agar tidak kedinginan.

Vitamin untuk kura-kura
Untuk kura-kura dengan Variasi makanan yang bagus, sudah cukup hanya diberi tambahan Kalsium, kalsium yang ada dipasaran sekarang ini adalah Calsium+D3, dapat juga diberi dengan tulang cimu/sotong yang kering. jangan diberi dog food untuk sulcata karena menyebabkan piramiding.

Breeding kura-kura Sulcata
Cara beternak kura-kura sulcata atau cara mengawinkan kura-kura Sulkata
Proses perkawinan:
Pejantan sulcata tiba pada musim kawin ketika diameter tubuhnya mencapai 35cm, di iklim indonesia musim kawin bisa terjadi setiap saat dari bulan september hingga januari, walaupun pada kenyataannya perkawinan sering terjadi setelah musim penghujan. Hal pertama yang harus anda persiapkan adalah ruangan yang cukup luas bagi kedua induk karena dalam ruangan yang sempit, pejantan yang sangat agresif dapat melukai tubuh terutama tempurung betina. Pindahkan juga pejantan lainnya karena pejantan lain dapat mengganggu proses perkawinan, para pejantan cenderung untuk bertarung satu sama lain hingga dapat berakibat fatal satu pejantan sudah cukup untuk mengawini empat betina, tetapi kalau keadaan tempat tidak memungkinkan, mau gimana lagi. Anda akan melihat mereka mulai kawin ketika pejantan bergerak untuk mengarahkan betina dengan berbagai cara, misalnya membatasi pergerakan betina dengan mengitarinya atau bahkan sampai memblokade jalannya. Alasan pejantan melakukan ini adalah untuk menghentikan pergerakan betina selama mungkin agar pejantan memiliki waktu untuk mengambil posisi menumpuk diatas betina. biasanya proses perkawinan akan disertai dengan raungan dan erangan yang cukup berisik.

Proses bertelur
Tubuh betina akan mulai membengkak beberapa waktu setelah kawin, ini merupakan indikasi bahwa betina telah terbuahi dan tubuhnya penuh dengan telur. Betina akan mulai mengurangi jatah makannya dan menampakan tanda-tanda kegelisahan. ini disebabkan karena betina sedang mencari sarang bagi telur-telurnya. setelah enam hingga delapan minggu dari waktu perkawinan betina mulai bertelur.
Pertama kali yang dilakukan betina setelah menemukan lokasi sarang, ia akan membersihkan dataran tanah/pasir dengan kakinya, Proses Bertelur Tubuh betina akan mulai membengkak selang beberapa waktu setelah kawin, ini merupakan indikasi bahwa betina telah terbuahi dan tubuhnya penuh dengan telur. Betina akan mulai mengurangi jatah makannya dan menampakan tanda-tanda kegelisahan. ini disebabkan karena betina sedang mencari sarang bagi telur-telurnya. setelah enam hingga delapan minggu dari waktu perkawinan betina mulai bertelur.  Pertama kali yang dilakukan betina setelah menemukan lokasi sarang, ia akan membersihkan dataran tanah/pasir dengan kakinya, lalu mengencingi tanah tersebut dan menggalinya, kedalaman sarang berukuran kira-kira 7cm hingga 14cm dengan diameter 60cm . ketika betina merasa sarangnya telah cukup dalam, dia akan memutar balik posisi badan hingga ekor menghadap ke dalam sarang lalu mulai bertelur. selama ia meletakan telurnya , kedua kaki belakang bekerja untuk mengubur telur-telurnya dengan tanah. beberapa betina akan menggali empat hingga lima lubang sarang sebelum ia memutuskan untuk bertelur                                                                                                                      


Proses bertelur ini dapat memakan waktu kurang lebih hingga lima jam, seekor betina mampu bertelur 15 sampai 42 butir
dan setiap telur memakan waktu hingga 3 menit untuk keluar. setelah selesai bertelur, dia akan menutupi sarangnya dan memakan waktu kurang lebih satu jam, pada saat ini betina sangat protectif dengan sarang telurnya, dia akan bersikap agresif hingga terkadang menyerang apapun atau siapapun yang mendekati sarangnya. jadi sebaiknya anda amankan betina tersebut dari makhluk lain selama ia bertelur biasanya betina akan berjaga pada sarangnya hingga tiga hari kedepan, jika anda ingin mengumpulkan telur-telur tersebut sesegera mungkin, berhati-hatilah karena ada kemungkinan besar induk betina akan menyerang anda. tak jarang pula betina bersikap jinak, mereka hanya akan menutupi kembali sarangnya setelah anda kosongkan.

Inkubasi / Pengeraman :
Ada dua cara yang dapat anda tentukan sendiri untuk pengeraman telur. cara pertama adalah membiarkan telur pada sarangnya hingga menetas secara alami delapan bulan kemudian. tapi anda harus benar-benar yakin bahwa lingkungan sarang aman dari pemangsa telur dan suhu berkisar antara 82F/64C hingga 86F/68C. Telur akan menetas dalam waktu 100 sampai 200 hari.

Pada umumnya telur akan menetas bersamaan dalam waktu beberapa hari saja, tapi terkadang telur-telur tersebut menetas dengan selisih waktu beberapa hari saja, tapi terkadang telur-telur tersebut menetas dengan selisih waktu yang cukup lama, yaitu dari jangka waktu satu minggu sampai satu bulan untuk menetas semuanya. Setelah menetas biarkan bayi-bayi totoise di tempat inkubasi hingga cairan telur merembes, lalu angkatlah mereka dan letakkan diatas handuk bersih untuk mengeringkan tubuhnya, sifat dasar dari sulcata tortoise  adalah agresif terhadap sesama jenisnya. keagresifan ini telah dimulai pada saat mereka baru saja menetas. bayi-bayi sulcata tortoise akan saling menerjang satu sama lain hingga tubuh lawannya terbalik

Minggu, 29 Mei 2016

Barn Owl




Tidak seperti burung hantu celepuk, memelihara barn owl (tyto alba) cenderung lebih susah dibanding dengan memelihara celepuk. Level kesulitan memelihara barn owl bisa dikatakan lebih tinggi dibandingkan dengan memelihara celepuk, maka barn owl tidak dianjurkan dipelihara oleh orang yang pemula dalam pemeliharaan burung hantu. Burung hantu barn owl gampang sekali stress yang biasanya berakhir kepada kematian.

cara memelihara barn owl :

1. Pilih barn owl yang masih anakan berbulu kapas (chick) saat akan membeli. Pastikan pula barn owl yang dibeli sehat.
Ciri barn owl yang sehat antara lain adalah tidak lesu, aktif, saat dikeluarkan dia aktif bergerak, mata jernih dan terbuka (kelopak mata tidak menutup), serta tidak ada luka fisik di bagian tubuhnya. Memilih barn owl yang masih chick agar barn owl tersebut bisa bonding kepada anda pemiliknya.

2. Saat sampai di rumah, biarkan barn owl sendiri di dalam ruangan tertutup agar ia adaptasi dengan lingkungan barunya.
Selama masa adaptasi, beri makan berupa potongan kecil daging sapi yang masih segar. Lebih bagus lagi jika daging sapi yang diberikan masih berdarah.

3. Setelah masa adaptasi, anda bisa memindahkan barn owl tersebut ke tangkringan (perch) yang sudah disediakan.
Anda bisa membuat sendiri perch dengan menggunakan pipa PVC, kaleng bekas cat, dan pipa PVC letter T. Cara membuat perch bisa anda baca di artikel saya cara membuat perch sendiri.

4. Jadwal pemberikan makanan untuk barn owl
Barn owl adalah jenis burung hantu dengan level pemeliharaan yang lebih susah dibandingkan celepuk, salahsatunya adalah dari segi pemberian pakan. Pakan yang diberikan bisa berupa bayi atau anakan tikus putih yang terlebih dahulu sedikit dilukai agar aroma darahnya tercium oleh si barn owl. Pemberian makan bisa diberikan 2 atau 3 kali sehari: subuh hari sekitar jam 5 atau setengah 6, siang hari sekitar jam 1 atau jam 2 (opsional), dan awal malam sekitar jam 7 atau 8 malam.